Sitemap

Mencari Diri Sendiri

3 min readJun 14, 2025

--

Merasa seperti mencari sesuatu, tapi tidak tahu apa? Seperti ada yang kurang, tapi tidak jelas kurangnya apa?

Malam itu hujan turun pelan. Bukan hujan yang deras dan ribut, tapi hujan yang menenangkan.

Kami duduk di coffee shop kecil, di sudut kota yang sepi. Lampu kuning menggantung rendah, menerangi meja kayu yang basah di pinggir jendela.

Teman saya menatap ke luar, lalu berkata:

“Capek ya… kalau hidup rasanya kayak nyari sesuatu yang nggak pernah ketemu.”

Saya diam. Hanya mendengar.

“Pernah nggak ngerasa gitu?”

Ia tertawa pelan setelah bertanya. Saya hanya menyesap kopi.

Dia melanjutkan, “Aku udah nyoba banyak hal. Kerja keras, pindah kota, ganti lingkaran, ikut workshop ini-itu. Tapi tetep aja, ada bagian dari diriku yang… kayak kosong. Kayak hilang.”

Saya tak membantah. Hanya dengerin.

“Lucunya, makin dikejar, makin nggak nemu. Makin dicari, makin kabur.”

Ia terdiam sebentar, lalu pandangannya kembali ke jendela.

“Mungkin selama ini aku nyari di tempat yang salah. Atau mungkin, yang aku cari itu bukan sesuatu yang harus dicari. Tapi sesuatu yang… udah ada.”

Ia menghela napas, tapi kali ini bukan napas berat. Lebih seperti hembusan lega.

“Mungkin aku cuma perlu berhenti nyari. Dan mulai duduk bareng sama apa yang udah ada di sini-kini.”

Kami kembali diam. Hujan masih turun, perlahan. Dan malam itu, tanpa ada yang memberi jawaban, sepertinya ia akhirnya mulai menemukan jalan pulang ke diri sendiri.

Kita tuh manusia yang bakatnya pencari, ya nggak sih? Dari kecil disuruh cari nilai bagus. Udah gede, cari uang, cari pasangan. Belum lagi sekarang, dikit-dikit cari wifi. Hidup isinya… mencari, mencari dan mencari. Nyari mulu.

Kita terus mencari, bahkan sepanjang hidup, mencari kedamaian, cinta, kebahagiaan, pemulihan, rasa cukup, keutuhan, pencerahan.

Kita mencarinya dalam hubungan, dalam kesuksesan, dalam kekayaan, bahkan dalam spiritualitas. Dan tanpa kita sadari, pencarian itu sendiri berlandaskan satu hal yang keliru, yaitu kita mengira: Apa yang kita cari adalah sesuatu yang terpisah dari diri kita.

Ternyata yang kita cari sebenarnya adalah diri kita sendiri.

Kita perlu merenungkan:

Siapa yang sebenarnya sedang mencari?

Dan apa yang sebenarnya sedang dicari?

Kita katanya ingin damai.

Tapi perhatikan baik-baik: saat kita benar-benar tenang, sadar penuh hadir utuh di sini-kini, hening, sunyi, enggak menginginkan apa-apa, itulah damai. Dan itu bukan sesuatu yang datang dari luar. Itu adalah kondisi alami seapaadanya diri kita, nature kita yang terdalam, yaitu kesadaran.

Kita bilang ingin dicintai.

Tapi lebih dalam dari itu, kita sebenarnya ingin merasakan cinta. Dan ketika kita berhenti mencari validasi dari orang lain, dari luar, dan mulai menengok ke dalam, menyadari diri kita di level terdalam… kita menyadari cinta itu bukanlah sesuatu yang harus diberikan oleh orang lain. Cinta adalah esensi diri kita sejati.

Kedamaian, cinta, juga kebahagiaan, pemulihan, pencerahan bukanlah sesuatu yang kita dapatkan.

Itu semua sudah ada sebelum kita melekat pada lapisan-lapisan identitas: tubuh, pikiran, peran, pengalaman masa lalu, dan sebagainya.

Paradoksnya, pencarian kita selama ini, mencari kesuksesan, jabatan, kekuasaan, popularitas, dan sebagainya, menutupi kenyataan bahwa:

Yang kita cari sebenarnya adalah diri kita sendiri.

Jadi seperti mata yang tidak bisa melihat dirinya sendiri, atau seperti laut yang mencari air, tanpa menyadari bahwa ia (laut) adalah air itu sendiri.

Seperti orang nyari hp… padahal hp-nya digenggam di tangannya sendiri. Atau kayak nyari kacamata… padahal dari tadi udah nempel di kepala.

Inilah mengapa, dalam ilmu kesadaran dan ajaran non-dualitas, kita tidak “menemukan” kedamaian, cinta, kebahagiaan, pemulihan atau pun pencerahan, seperti menemukan benda yang hilang.

Kita hanya perlu sadar, apa yang kita cari bukanlah sesuatu yang terpisah dari diri kita.

“Apa yang kamu cari adalah dirimu sendiri.”

Jeda. Hening. Sadari…

Yang kita cari, ada di sini-kini, yaitu diri kita sendiri.

--

--

Adjie Santosoputro
Adjie Santosoputro

Written by Adjie Santosoputro

• Meditator • Mindfulness Practitioner • Stillness Enthusiast •

Responses (1)